Halaman

Jumat, 30 September 2011

Pertemanan Bambang dan Preman

Sebelum saya mengirimkan tulisan saya, saya mau mengucapkan "Happy weekend!"

Setelah beberapa kali saya mengirimkan tulisan saya, terutama tulisan - tulisan bodoh (aaaah, pembacanya juga bodoh - bodoh ahahaha :p), saya berniat, nawaitu, menulis cerita bodoh tapi kali ini akan sangat mengharukan. Dari judul kirimannya saja adalah sebuah pertemanan begitu. Mungkin beberapa pembaca atau mungkin semuanya sudah bisa menebak. Well, karena hanya yang bodoh - bodoh saja yang bisa menebak isi tulisan saya. :p

Cerita kali ini, lagi - lagi, inspirasi kebodohan dari teman saya yaaaaa... bisa dibilang bodoh juga.. ups! :D (don't be touchy, guy! oh, english yang buruk, maksud saya, "jangan tersinggung") Langsung saja ke intro, teman saya ini, sebut saja Budi, hmmm... ah nama aslinya aja deh, ok?! Namanya Yae, kependekan dari Yaenuddin. Entah orangtuanya misspell-o atau suster rumah sakitnya yang misstypo, yang pasti saya menyukai namanya yang berakhiran "din".

Sejak SMP, Yae seringkali menjadi bahan pemalakan, eeeew, I hate pemalakan! Ya, saya juga pernah menjadi korban, eits! Kembali ke Yae.... Bahkan saat SMA pun dia juga beberapa kali menjadi korban kriminal tingkat terendah itu dalam kasta di lapas (read : penjara). Mungkin saja, pelaku pemalakan yang tertangkap akan menjadi bahan tusbol a.k.a. sodomi di dalem lapas (read again : penjara), paling terhormat jadi tukang pijet, pijet kelamin bigboss (saya juga agak kesal dengan para pelaku pemalakan >.<").

Yae terkadang harus menyerahkan uangnya jika ia berada lokasi yang jauh dari tempat tinggalnya, tidak jarang juga dia harus berkata, "Ah, gak ada lagi, ini buat ongkos" dll. Hingga suatu hari dia sudah hafal "gelagat" orang yang akan melakukan pemalakan, bukan dari penampilannya, melainkan bahan pembicaraannya.

Siang itu, Yae masih SMP, sepulang sekolah dia mampir ke tukang ikan cupang, *semoga Yae nggak dicupang ama tukangnya, wew. Kemudian dia memilih berjalan kaki ketimbang menunggu angkot yang lama ditunggu - tunggu. Tiba - tiba, dia dihadang oleh seorang pria yang tampak lebih tua darinya, ya Yae dihadang olehnya, yang menghadangnya adalah seorang pria yang tampak lebih tua darinya. Namun, Yae tidak perlu berpikir panjang, ya karena pikirannya memang tidak pernah jangka panjang *ahahaha....

"Bagi cepe!"

Eits! bukan begitu pembicaraan awalnya, memang dasar bodoh, suka sok tahu menebak isi cerita bodoh.

Yang tepat seperti berikut ini.

"Eh, lo liat orang yang tingginya kira - kira segini, ya se-elo dah?"

"Nggak tuh." basi banget nih modusnya (¬_¬")

"Ya mirip - mirip kayak lo gini dah."

"Emang kenapa?" bales basa - basi juga, padahal udah tahu jawabannya.

"Ade gw abis dipukulin orang, nah, ini gw lagi cari orangnya."

"Ah, gw nggak tahu."

"Jangan - jangan lo ya orangnya?"

"Apaan sih? Gw nggak tahu apa - apa, ini aja gw mau ke bokap gw."

"Ah, jangan bo'ong lo!"

"Serius! Ini gw mau ke kantor bokap gw, tuh di pospol situ, mau ikut?"

dieeeeeng....

"Siapa nama bokap lo?"

"Pak Bambang." polos bangeeeet.

deng deng deng deeeeeng....!

"Oh, Pak Bambang! Ah, gw kenal ama dia, temen gw juga tuh." (ˇ_ˇ'!) dasar preman sampah.

"Hmm... ya udah deh, kayaknya gw mesti cari tuh orang ke tempat lain deh. Tapi gw kehabisan ongkos nih, boleh minta nggak?"

"Ah, gw nggak ada lagi, ini aja gw jalan, kalo ada ya gw udah naek angkot dari tadi."

"...... salam buat pak Bambang aja deh!"

Yae pun aman setelah dia membodohi preman yang sedang mencoba membodohinya, tapi malah pengen membodohi balik lagi. Capek deee.... (~ˆ⌔ˆ)~(~ˆ⌔ˆ)~(~ˆ⌔ˆ)~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar