Halaman

Sabtu, 20 Agustus 2011

Korban Kebodohan

Sekian lama tidak berbagi kebodohan dalam tulisan – tulisan bodoh saya membuat saya merasa semakin bodoh.
Sebut saja dia Joni, seorang siswa kelas 2 SMA Negeri Saxet (dilarang keras menyebut nama sekolah, nanti ketauan bodohnya :D) di sebuah kota besar. Cerita singkat Joni berawal ketika dia pulang sekolah.  Sepulang sekolah, Joni berencana menemui pacarnya di sekolah pacarnya di daerah Bulukan dekat sebuah terminal. Meskipun terbilang cukup dekat, Joni harus naik bis karena kendaraan umum yang ada ya hanya itu. Hmm… mungkin ada yang lain, seperti ojek atau bajajajajaj.
Sengaja Joni turun di terminal dan ia harus berjalan kaki lagi sampai di sekolah pacarnya. Berhubung sekolah pacarnya belum bubaran, ia bersantai – santai di terminal, baru kemudian menuju ke sana.
Tidak berapa lama kemudian, segerombolan siswa SMA Buduk turun dari sebuah bis. Secara histori, siswa sekolah Joni bermusuhan dengan siswa SMA tersebut. Terlalu banyak cerita yang melatarbelakangi permusuhan di antara keduanya yang tidak bisa diceritakan di sini.
“Woy ada anak Saxet tuh!” teriak salah seorang siswa yang tidak sengaja menangkap pandangannya terhadap Joni. Dan entah apa yang dapat menjadi identitas Joni sehingga ia dikenal oleh segerombolan siswa tersebut. Selanjutnya, serentak mereka berlari ke arah Joni.
“Jan…. naiwa! (berasal dari kata jancuk yang diucapkan oleh seorang otaku) Mampus dah gua!” Joni langsung bangkit dari tempat duduknya sembari meletakkan botol minumannya, sekejap kemudian aksi kejar – kejaranpun terjadi.
Tidak ada satupun yang berani menolong Joni karena mereka membawa senjata tajam seperti penggaris besi yang diasah, kopel (gear sepeda), parang bahkan samurai. For God’s Sake, Joni hanya  bisa berlari berusaha menghindari mereka, namun usaha Joni tampak sia – sia ketika ia sudah ada dikepungan mereka.
“Anjing! Lo semua beraninya keroyokan nih….” Joni hanya bersenjata sepasang bibirnya yang tidak diimbangi oleh otaknya.
“Banyak bacot lo!!!” sahut salah satu dari mereka yang berbadan paling mungil.
“Abisin aja nih babi kayak gini mah!” saran salah satu dari mereka yang paling buduk.
“Ah, gua mau by one dulu dah ama dia, lo pada sabar dulu dah!” ucap yang lain sambil maju menghampiri Joni dan langsung menghajar perut Joni.
“Aaaaa….!” Joni mengerang kesakitan dan membalas menghajar mukanya. Anak itu jatuh tersungkur.
Joni kembali ambil langkah seribu di saat mereka terbengong. Merekapun kembali mengejar Joni. Satu dari mereka yang memegang samurai berhasil mendekati Joni (mendekati secara denotasi). Sesaat posisinya menyusul Joni, ia menebaskan samurainya beberapa kali. Satu tebasan mengenai perut kiri Joni menyebabkan Joni berhenti dan langsung terduduk.
“Woy…! Bangsat lo semua! Beraninya keroyokan gini, najis dah lo pada!” salah seorang beserta gerombolan siswa SMA Ulat menghampiri mereka dan sekejap membentengi Joni.
Pertempuran di antaranya keduanya pun terjadi, sedangkan Joni berlari ke arah kerumunan bubaran sekolah pacarnya. Joni pun dibawa ke rumah sakit dan mendapat 18 jahitan di lukanya.
Beberapa hari kemudian, segerombolan siswa SMA Saxet dengan memboncengi segerombolan SMA Ulat mendatangi SMA Buduk untuk menagih tanggungjawab 18 jahitan di perut Joni. Joni pun berada di antaranya.
Kebodohan di antara mereka terus – menerus menurun kepada adik – adik kelas mereka. Tidak sedikit di antara mereka yang menjadi bahan tulisan bagi media massa ibukota. Saya lebih sepakat jika mereka masuk dalam kolom atau tagline Kebodohan.

This is based on a true story.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar